Jumat, 22 Januari 2021

Tugas Bahasa Indonesia : Novelet

 

Bintang Bersinar


Malam ini bintang - bintang sedang bersinar dengan terangnya, bulan pun tidak kalah memancarkan cahayanya, menyembunyikan kegelapan malam. Hal ini membuat Cessa sangat senang, karena ia bisa melihat bintang sepuasnya. Berbeda dengan Arin, sahabatnya yang memejamkan mata ke arah Cessa seakan keindahan malam ini tidak menarik untuknya. Tapi dibalik itu tersimpan sebuah masa lalu.

Arin, jangan bilang kau terpesona dengan wajahku.” Cessa mengalihkan pandanganya pada Arin sambil memasang wajah geli.

“ Apa? yang benar saja. Mataku tertutup. Kau pikir aku penyuka sesama jen ~ ah sudahlah.”

“ haha. Tenang tenang aku juga bukan tipikal wanita seperti itu.” Kekeh Cessa.

“ Bagus. Bagaimana kalau kita pulang, sudah hampir 2 jam kita berbaring di rumput ini dan kurasa kulitku sudah membeku sekarang.”

“ Ah ayolah. Apakah kau tidak bisa menikmati apa yang sedang kunikmati sekarang. Menatap keindahan dunia malam. Bintang, Bulan, Semilir angin dan hal lainnya. Itu mengasikkan Arin.”

“ Dan aku tidak suka.” Protes Arin

“ Selalu itu yang kau ucapkan setiap kita kesini. Aku tahu kau sahabatku, tapi kalau kau tidak menyukai rutinitas ini sebaiknya kau tidak usah ikut. Padahal yang kudengar dari Ibumu kau suka sekali dengan ilmu astronomi dan meneliti langit.”

“ Memang dan sekarang aku sudah tidak tertarik.”

Cessa menghela nafas. Inilah yang selalu Arin jawab jika dia sudah mulai mengungkit tentang hal semacam ini. Arin akan berubah menjadi wanita yang menyebalkan dan ketus. Tapi, Cessa adalah sudah menjadi sahabatnya sejak 5 tahun lalu dan pergi ke tempat ini nyaris setiap minggu, seharusnya dia sudah tau apa yang menyebabkan Arin seperti ini. Keheningan pun kembali tercipta.

“ Aku tidak tahu apa yang membuatmu seperti ini Arin. Tapi kau harus tahu bahwa aku kesini karena aku merindukan orangtuaku. Mereka bilang mereka akan selalu ada diantara hamparan bintang. Dan aku mengajakmu hanya untuk menunjukan bahwa aku tidak kesepian disini. Karena aku memiliki sahabat.”

Cessa mulai angkat bicara. Sedangkan Arin hanya memejamkan matanya seolah yang dikatakan Sahabatnya ini angin lalu. Dia malas membicarakan hal yang berbau kematian dengan sahabatnya ini.

“ Ah, dan kau harus tahu juga Arin. Jika aku sudah tidak ada didunia ini lagi aku juga ingin menjadi bintang, yang paling bersinar.”

“ kurasa kau tidak normal Cessa. Mana mungkin kau ingin menjadi sebuah bola gas yang panas ? dan menjadi yang paling bersinar ? itu artinya kau bintang paling panas. Carilah tempat trasformasi lain.”

“ aku tahu kalau bintang itu berasal dari bola gas. Orang orang bahkan tidak mau mendekatiku dari dekat. Tapi, bukankah semua orang menyukai bintang yang terlihat dari jauh ?”

“ Semua orang kecuali aku.”

“ Benarkah ? mungkin kalau aku mati kau akan menyukai bintang.”

“ Berhentilah membicarakan kematian Cess. Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau pergi sekarang. Dan tentu saja aku akan makin membenci segala tentang malam hari.”

“ menyeramkan sekali mendengarmu sampai harus membenci malam hari.” Cessa menggelengkan wajahnya mendengar ucapan sahabatnya itu.

“lalu apa yang bisa kulakukan agar kau tidak menyalahkan kematianku ?”

“ Tetap hidup dan menjadi sahabatku hingga kita sudah dewasa dan aku sudah merelakanmu pergi.”

 

******

“ Cess, tidak apa kan aku tidak menemanimu pergi ke taman kota malam ini ?” Ucap Arin dari telefon.

“ Ah, akhirnya kau mengakui juga kalau kau tidak suka hal yang berbau malam. Seperti Bintang misalnya .” Cessa menjawab dengan sedikit terkekeh.

“ Bukan bukan. Malam ini aku ikut latihan Tari. Kau tahu kan dua hari lagi sekolah kita akan mengadakan Lomba ?”

“ Ya ya. aku hanya bercanda, kalau begitu semoga latihannya berjalan lancar.”

“Ok. Byee.”

Arin langsung memutuskan sambungan telefonnya, dan entah kenapa perasaannya berubah menjadi tidak enak. Tanpa memikirkan itu, ia segera beranjak ke ruang keluarga, berpamitan dengan Ayah dan Ibunya yang sedang menonton tv.

 “ Yah, bu. aku berangkat latihan Tari dulu.”

Pamit Arin pada Kedua orang tuanya. Ayahnya hanya menganggukan kepalanya tanda setuju.

“ Tumben sekali. Biasanya kau pergi ke taman kota setiap malam minggu bersama Cessa.” Tanya Ibunya

“ Dua hari lagi lombanya, bu. Lagipula aku sudah bilang pada Cessa kok.”

“ Okay. kalau begitu jangan pulang terlalu larut.”

Iyaa pasti.”

Ketika Casey hendak beranjak dari ruang keluarga tiba tiba Ayahnya menyela.

“ Hm. Rin, tidak tertarik kah kau mengunjungi kakakmu ? kau belum pernah mengunjunginya semenjak itu.”

“ No. Salah siapa dia tidak menepati janjinya.”

“ Lalu sampai kapan kau akan menyalahkan kakakmu yang tidak bersalah itu ?”

“ Entahlah. Mungkin suatu hari nanti aku akan memaafkannya. Tapi tidak sekarang.”

*****

Arin mengusap peluh yang terus mengalir dari pelipisnya sembari meminta ijin beristirahat. Entah berapa jam dia berlatih tari dengan kelompoknya tanpa jeda mengingat tenggat waktu menuju lomba sudah dekat. Dia melihat jam yang tertera di Hpnya, 9 malam. Biasanya jam segini dia sedang mengahabiskan waktu dengan Sahabat baiknya di Taman Kota, hal itu membuat perasaannya kembali tidak enak. Dan dia sedikit terlonjak merasakan getaran di Hpnya. Telefon dari seseorang.

“ Ya, ini Arin.”

Arin, Bisakah kau ke rumah sakit sekarang?”

Ucap suara disebrang dengan sedikit terisak yang sukses membuat Arin tersentak.

“Ada apa? Siapa yang sakit?”

“ Ini nenek Cessa. Nanti nenek jelaskan setibanya kau disini.”

“Cessa? Rumah sakit mana? biar saya kesana sekarang!”

Setelah mendapat alamat Rumah sakit yang ditunjukan Nenek Cessa, dengan langkah tergesa Arin meminta ijin pada Pelatih Tarinya dan langsung meninggalkan Studio tempatnya berlatih. Lalu menyetop taksi yang lewat dihadapannya.

“ Tidak ada bintang malam ini. Gelap. Seperti waktu itu.” Gumam Arin.

Selama diperjalanan Otak Casey tidak henti hentinya bertanya. Kenapa dengan Cessa? apa yang menyebabkannya masuk rumah sakit? dan pikiran pikiran lainnya yang terus bersahutan diotaknya. Tidak sampai 10 menit berselang Arin sudah sampai di rumah sakit yang dituju dan langsung bertemu dengan Nenek Cessa yang telah menunggunya di Loby dengan wajah sembab.

“ Ada apa Nek? apa yang terjadi pada Cessa?”

Ucap Arin dengan sedikit tergesa dan masih dilanda kebingungan. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan Cessa. Biar bagaimanapun Cessa adalah satu satunya sahabat yang dimiliki Arin.

Dia tertabrak mobil yang sedang melintas ketika dia akan pulang kerumah. Lukanya cukup parah, Dan sekarang..” Nenek Cessa menghela nafas sebelum melanjutkan. “ Dia sudah tenang bersama orang tuanya.”

Arin terpaku begitu mendengar penuturan dari Nenek Cessa yang sekarang sudah menitikan air matanya lagi. Sudah tenang dengan orang tuanya ? bukankahh orang tuanya sudah tiada ? Apa mungkin dia ..

“ Maksud Nenek ?”

“ Dia sudah tiada, Nak. Nyawanya tidak bisa diselamatkan. Cessa sudah menjadi bintang dilangit, seperti yang diinginkannya.”

Jelas nenek Cessa sekali lagi. Arin menggeleng, ‘Tidak. Tidak mungkin dia pergi secepat ini. Ingatanku tentang masa laluku bahkan belum pudar. Dan mereka berdua meninggalkanku dengan cara seperti ini’ gerutu Arin.

“ Aku tahu kau satu satunya sahabat yang dia punya, dia sering membicarakanmu. Kau tidak seperti teman Cesssa yang lain yang selalu menghinanya karena Orangtuanya sudah meninggal.”

“ Aku ingin melihatnya sekarang !”

Sela Arin dengan intonasi yang sedikit tinggi. Ia tahu itu tidak sopan, tapi dia sudah terlanjur tidak percaya dengan semuanya. Tidak percaya kalau sahabat yang baru 5 tahun dekat dengannya harus pergi secepat ini.

“ Baiklah. Ikut aku.”

Nenek Cessa menunjukan ruangan dimana Cessa menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dia memang belum dipindahkan karena Neneknya tahu bahwa Arin pasti ingin menemuinya terlebih dahulu. Ketika Arin mendekati Cessa barulah ia percaya bahwa sahabatnya ini memang sudah pergi. “ Kau tidak menghargai janji yang kuucapkan Cessa. Cepat sekali, bahkan aku belum memberi tahumu mengapa aku membenci bintang Cess.” Ucap Arin sendu. “ Kalau saja tadi aku menemanimu mungkin semuanya tidak terjadi.”

Ternyata inilah yang menyebabkan perasaan Arin tidak enak semenjak memutuskan sambungan telefon dari Cessa. Telefon yang menjadi percakapan terakhirnya bersama sahabatnya itu.

Sekarang tidak ada lagi Cessa, tidak akan ada lagi seseorang yang selalu menemani Arin, tidak ada lagi Cessa yang bisa Arin ajak bermain, tidak ada lagi Cessa yang cerewet, tidak ada lagi Cessa yang selalu mengajaknya ke Taman kota dan tidak ada lagi Cessa yang bisa membuat Arin merasakan kehadiran Kakaknya dari sisi Cessa.

Sekarang kedua orang itu sudah pergi. Disaksikan langit malam yang tanpa bintang.

****

Seminggu setelah pemakaman Cessa, yang sampai sekarang belum bisa Arin lupakan. Tiba tiba saja, sore ini Nenek Cessa menelefon Arin untuk datang ke rumahnya. Entah untuk alasan apa.

“ Masuklah .. ” Ucap Nenek Cessa begitu melihat Arin sampai dirumahnya.

“ Sebenarnya ada apa nek ? tumben sekali nenek menyuruhku ke sini ?”

“ Tidak. Nenek hanya tidak sengaja menemukan ini.” Ucapnya sambil menyodorkan sebuah surat. “ Sepertinya untukmu.”

Tanpa membacanya, Arin langsung bertanya pada nenek Cessa. Karena bagaimana bisa Neneknya itu tetap terlihat senang. Padahal, dia sudah kehilangan semuanya. Seorang anak yang merupakan Ibu dari Cessa dan Cessa sendiri.

“ Nek. Aku tahu semua orang harus merelakan orang yang disayanginya pergi. Tapi kelihatannya nenek sangat cepat melupakannya ?”

“ Yah. Sebenarnya nenek bahagia Cessa sudah tidak ada sekarang.”

Ucapan Nenek Carrisa itu sontak membuat Arin terperangah.

“ Maksud nenek ? bukankah nenek sangat menyanyangi Cessa ?”

“ Memang. Dan karena itulah nenek bahagia. Karena orang yang nenek sayangi tidak harus merasakan sakit seperti yang dialami Ayah dan Ibunya.”

“ Aku tidak tahu Cessa sakit. Bahkan dia saja tidak pernah memberitahuku mengapa orangtuanya meninggal.”

“ Gejalanya memang belum terlihat. Dia masih muda. Cessa mengidap HIV akibat kesalahan orangtuanya. Dia tidak harus sampai direhabilitasi sekarang.”

Hal itu sukses membuat Arin terkejut. HIV. Jadi itu yang membuat Nenek Cessa senang Cessa sudah tiada. Senang karena tidak harus melihat orang yang dia sayangi menderita berkepanjangan karena penyakit itu. Tapi, bagaimana juga Sahabatnya itu tetap Ceria ?

“ Dan aku sebagai sahabatnya sendiri tidak tahu.”

“ Itu karena tidak semua rahasia harus dibeberkan kan. Setiap orang pasti mempunyai rahasia sendiri yang tidak boleh diketahui orang lain. Untuk keamanan jiwanya mungkin dan kau juga harus tahu Arin, Tuhan menunjukan kebaikannya lewat apapun. Meskipun orang lain merasa itu bukanlah kebaikan.”

Ya. tidak semua Rahasia harus dibeberkan. Dan tuhan itu selalu baik.

‘ Aku kira hanya aku yang mempunyai rahasia pribadi. ‘ pikir Arin.

***

Hai Arin,

Bagaimana kabarmu sekarang ? Aku harap sahabatku yang begitu benci bintang ini sudah berubah. haha ? aku tidak tahu kapan surat ini akan sampai ditanganmu, tapi aku percaya jika surat ini sudah sampai ditanganmu itu artinya aku sudah pergi, bergabung dengan orangtuaku dan tentunya menjadi bintang yang paling bersinar dilangit. Aku tidak perduli dengan masalah bola gas itu. hehe 

Pokoknya jangan salahkan siapapun kalau aku pergi. Karena itulah yang sudah ditakdirkan oleh tuhan Rin. Dan kalau kau ingin berbicara denganku, Carilah bintang yang paling bersinar di langit. Disitulah aku menemanimu dengan cahayaku.

Your Bestfriend,

Cessa

Arin tidak tahu harus bagaimana setelah membaca surat dari Cessa itu. Pikirannya tidak menentu sekarang, sulit merelakannya meskipun ia tahu itulah yang terbaik dan tanpa disadari matanya mulai berkaca kaca. Dan saat itu pula arin sudah sampai di tempat yang ia tuju. Sebuah tempat yang dia sendiri sudah lupa kapan terakhir kalinya kesini. Dengan berhiaskan langit malam yang entah kenapa sekarang dipenuhi bintang bintang dan sebuah bulan yang terlihat lebih terang dari biasanya.

‘RONA ANTARIKSA’

“ Hai kak Rona.”

Gumam Arin. Setelah pulang dari rumah Nenek Cessa entah kenapa dirinya ingin sekali mengunjungi makam kakaknya, padahal sedari dulu dia menolak mentah - mentah jika ada orangtuanya mengajaknya kesini.

Bukan karena ia membenci kakakknya. Tapi karena kedekatannya dengan kakaknya lah yang membuatnya tidak ingin mengunjungi makam kakaknya. Ia tidak mau menerima kenyataan jika kakaknya sudah tiada.

“ Sudah lama kakak tidak mengajakku meneliti bintang lagi. Sudah hampir 6 tahun.”

Rona memang selalu mengajak Arin meneliti bintang di tempatnya bekerja dulu. Sama seperti Cessa yang selalu mengajak Arin pergi ke Taman kota untuk menatap bintang. Karena alasan itulah dia membenci bintang, meskipun begitu dia tidak menolak ajakan Cessa setiap minggu karena hati kecilnya ingin selalu mengingat kakaknya.

“ Kau tahu kak ? Impianmu sama dengan sahabatku yang baru saja pergi. Ingin menjadi bintang yang bersinar. Haha.”

Arin terus bercerita sendiri sambil membayangkan kakaknya ada disana, berbicara seakan kakaknya masih hidup, dan melupakan segala keogisannya yang selama ini membuatnya tidak mau bertemu kakaknya.

Aku pulang dulu kak. Aku berjanji sekarang akan selalu mengunjungimu karena aku tahu kakak disini karena tuhan ingin yang terbaik untuk kakak.”

Arin pun bangkit dari makam kakaknya dan pulang ke rumah. Tanpa disadarinya, dilangit sana ada dua bintang yang bersinar sedari tadi. Terus dan terus bersinar sepanjang malamnya dikala berbagai cuaca, selalu menemani Arin dimalam hari, menerangi dunianya. Karena mereka adalah Bintang yang bersinar’.

**



2 komentar:

  1. Datang akan pergi. Lewat kan berlalu. Pasang akan surut. Bertemu akan berpisah.

    BalasHapus
  2. Tetap semangat, semangat, semangat. Ditunggu karya selanjutnya kak~~~

    BalasHapus

Tugas Bahasa Indonesia : Novelet

  Bintang Bersinar Malam ini bintang - bintang sedang bersinar dengan terangnya, bulan pun tidak kalah memancarkan cahayanya, menyembunyik...